sebuah password untuk setiap katalog cinta

Thursday, March 03, 2005

Nak, Besok Besar Bangunlah Aceh!

Sudah siapkah Anda menjadi ayah?

Siap tidak siap akhirnya momentum itu tiba. Ada yang baru dalam rahim istriku! Ibu bidan di sebuah klinik mengabarkannya, sudah 4 minggu. Hamil? Yah begitulah. Idealnya sih kita memang harus selalu siap, tapi entah antara rasa suka dan haru, ada saja terselip ragu. Dalam kerutan dahi untuk sederet baris kata “Mampukah...?” dan sinonimnya. Belum genap 2 bulan pernikahan kami, wajar saja bila kami masih ingin bersama berdua, bercanda banyak dalam mengenang masa remaja atau waktu kami masih malu-malu bekerja sama saat mahasiswa dulu. Bisa nggak ya? Bismillah..Allah pasti mau bantu.

Bila dihitung mundur, cukuplah getir mengingat masa-masa awal ini terlingkari. Nanggroe Aceh dan Sumatera Utara harus diuji oleh gempa dan tsunami. 26 Desember di pagi hari. 8,9 skala richter kata sebuah sumber. 200-an ribu nyawa melesat sebagai syuhada, 300-an ribu warga jadi pengungsi, belasan ribu anak harus jadi yatim piatu. Allahu Akbar..

Berikut ini anggap saja sebentuk surat cintaku pada (bakal) anakku. Buat neng Ai istriku, maafkan mas. 2 surat cintamu dalam 2 bulan ini belum sempat kubalas. Punten kalau mas dahulukan untuk buah hatimu.

“Nak! Izinkan ayah sedikit bertutur tentang apa yang menggetarkan ayah hari-hari ini. Kelak jika Allah taqdirkan kau menghirup udara dunia semoga dokumentasi ini bisa kau baca dan menjadi referensimu diskusi panjang denganku. Ayah tak akan cerita banyak tentang kejadian di jam-jam sarapan pagi itu. Kau bisa lihat sendiri dari file yang ayah down load dari internet, tentang simulasi gerak kejadiannya, tentang foto-foto korbannya, juga gambar-gambar yang tertangkap dari satelit, perhatikan beda sebelum dan sesudah tsunami. Atau kalau kau kurang jelas, besok lihatlah dokumentasi Bang Hasyim Mulyadi. Rekaman video amatirnya betul-betul detail dan menghanyutkan rasa setiap jiwa. Sebuah stasiun TV berita coba aja kau lobby supaya kau dapat tonton ulangan rekamannya. Ayah juga punya beberapa arsip berita dari rekan-rekan jurnalis di Aceh Media Center. Reportase-reportase mas Farid Gaban dari Pena Indonesia, atau kumpulan tulisan koresponden relawan lembaga ayah bekerja juga bisa melengkapi bahan bacamu.

Ayah hanya ingin kau pelajari tentang hebatnya nyala Aceh. Nyala yang tak pernah padam sejak zaman Iskandar Muda bahkan jauh sebelumnya. Ayah ingin namai kau: Malahayati, yang mengingatkanku pada kepahlawanan seorang perempuan pemberani, laksamana angkatan laut pengawal samudera Kerajaan Aceh. Cournelis de Houtman, sang komandan imperialis pertama dari Belanda, konon terbunuh di tangannya di atas geladak kapal tahun 1599. Kini nama pejuang itu telah diabadikan menjadi nama pelabuhan di Krueng Raya.

Ingin pula kau ayah namai : Dien. Selain karena ayah juga sangat terkesan dengan Cut Nya’ Dien, ayah juga ingin kau teguh memegang dienullah, Islam kaffah kita. Kedua tokoh ini sudah ayah siapkan biografinya untuk kau baca nanti. Kau bisa tambah sendiri dari menelusuri lewat search engine di internet. Zamanmu kelak pastilah sudah terbiasa dengan dunia cyber. Kalau kelak kau punya PDA atau tablet PC jangan lupa isilah dengan sejarah tokoh-tokoh pejuang agama kita. Kalau kau perlu buku, ayah bisa antar kau ke perpustakaan kampus ayah mahasiswa dulu di kampus biru Bulaksumur. Teman ayah yang jadi dosen bisa ayah mintakan tolong membantu mencari data yang kau perlu. Barusan ayah baca tulisan mas Andreas Harsono di milis Pantau, judulnya “Republik Indonesia Kilometer Nol”. Bagus sekali! Lumayan buat jadi rujukanmu.

Terserah saja kau ingin mengambil nyala apa dari sejarah rakyat Aceh. Entah apa nanti guru sasteramu juga mengenalkanmu pada Hamzah Fansuri. Juga tentang Hikayat Perang Sabil yang menjadi pembakar perjuangan melawan Belanda. Atau pujangga-pujangga pejuang lainnya. Setidaknya dengarlah koleksi senandung dari Raffly, penyanyi lagu tradisional Aceh, bisa jadi sedikit gambaran kerinduan mereka pada Islam Aceh nan Darussalam. Ayah tak ingin kau dapat pelajaran bahwa Daud Beureueh itu seorang penjahat negara, beliau seorang ulama, Nak! Seorang teungku yang justru sangat cinta Indonesia. Bung Karno bahkan segan dan hormat kepadanya (tapi kenapa ya janjinya untuk memberi otonomi pada Aceh malah tak ditepati?). Kalau ingin detail, ayah bisa ajak kau berdiskusi dengan guru sejarah ayah, pak Zamzuri Umar namanya. Bisa juga kau berkunjung ke Prof. Husain Haikal, beliau bahkan bisa menceritakan detail siapa itu C. Snouck Hurgronje, seorang profesor Islamologi di Universitas Leyden yang ditugaskan Belanda menyerang Aceh lewat jalur budaya.

Sayangnya Aceh biarpun tak lama dijajah oleh Belanda tapi harus terus dirundung duka oleh banyak konflik politik. Ayah sendiri tak terlalu paham apa dan siapa itu GAM, mungkin Om Alfian, teman ayah, bisa bercerita banyak padamu. Kebetulan dia orang Lhokseumawe, di rak bukunya banyak sekali buku maupun koleksi kliping berita tentang Aceh berikut pergolakan politiknya. Kau mungkin tertarik dengan dunia diplomasi. Kita pernah lho punya diplomat hebat, Kyai Haji Agus Salim namanya...ayah bisa kok siapkan biografinya. Pak Ali Alatas juga ayah suka. Makanya bahasa asing kamu harus fluent ya! Oh iya, uwa (paman) ibumu juga pernah kerja di deplu, biar beliau cerita banyak pengalamannya waktu jadi private secretary pak dubes. Sekalian bantu nunjukin di peta, negara Yugo itu di sebelah mana.

Kau boleh belajar ilmu hukum atau hubungan internasional sepuasnya. Kalau jadi praktisi berpihaklah selalu pada kebenaran, pada rakyat yang rindu keadilan. Ayah kagum sekali dengan Dr. Said Ramadhan, menantu Asy Syahid Hassan Al Banna ini mampu melawan kezhaliman tiran lewat serangan advokasinya yang santun dan menggetarkan di depan meja pengadilan. Kelak gunakan jaringanmu untuk mencegat gerak lembaga semacam WorldHelp, lembaga pembaptis di Amerika ini berencana memurtadkan 300 anak Aceh, mendidik mereka untuk menghancurkan sendi Islam di Aceh. Ayah pernah baca profilnya, semoga ayah tak lupa alamat situsnya.

Ayah tentu tak bisa selalu menemani semua keingintahuanmu tentang Aceh. Sama halnya ayah tak akan pula memaksamu menuruti semua asaku. Tapi ayah dan ibu yakin kau pasti tak akan menyia-nyiakan kepercayaan ini. Kalau ayah hanya bisa membantu duka mereka lewat aksi-aksi penggalangan dana, siaran on air di radio, buat poster dan kampanye kornetisasi daging qurban untuk daerah bencana, juga beberapa koordinasi yang lain, semoga kau dan rekan-rekan segenerasimu bisa betul-betul meneruskan tugas ini. Kau harus rajin berdekat-dekat dengan masjid, mulailah peradaban itu dari shaf jamaahnya! Jangan kau lupa nasehat ayah ini, karena ayah ingin kau pun selamat. Besok antar ayah ibu jalan-jalan ke pantai Lhoknga ya! Apa benar itu salah satu pantai tercantik di dunia.” ▪

trieha
public relations rumah zakat yogyakarta

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Subhanallah renyah sekali saya membacanya. Rindu dengan Corsec Note..

6:27 PM

 

Post a Comment

<< Home